Judul Film : Istirahatlah Kata-kata
Genre : Drama, Biografi
Produser : Yosep Anggi Noen, Yulia Evina Bhara, Tunggal Pawestri, Okky Madasari
Sutradara : Yosep Anggi Noen
Penulis : Yosep Anggi Noen
Produksi : Muara Foundation, Kawan Kawan Film, Partisipasi Indonesia, Limaenam Film
Pemain :
- Gunawan Maryanto sebagai Wiji Thukul
- Marissa Anita sebagai Sipon (istri Wiji Thukul)
- Dhafi Yunan sebagai Thomas
- Eduwart Boang sebagai Martin
- Melanie Soebono sebagai Istri Martin
![]() |
| Dok. Hollywood Reporter |
Aku menikmati potongan-potongan awal adegan film ini sambil bergumam dalam hati, ini termosnya sama kayak dirumahku, dapurnya masih dapur cemong warna hitam, ah seolah aku bisa melihat dapur dirumahku saat usiaku 6 tahun. Ya film ini mengambil latar tahun 1996 saat seorang Wiji thukul harus menjadi buronan bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain, bahkan harus berganti identitas untuk mempertahankan hidupnya agar tidak tertangkap polisi.
![]() |
| Dok. storibriti |
Disela-sela pelariannya dia masih setia menyuarakan aspirasinya termasuk dalam puisi, karna puisi-puisinya inilah yang dirasa akan membahayakan pemerintahan maka wiji menjadi incaran petugas di masa pemerintahan presiden soeharto.
Keterasingan dan Kesunyian
Di film ini kita tidak akan melihat hiruk-pikuk demonstrasi atau teriakan-teriakan perjuangan, di film ini yang akan kita rasakan adalah kesunyian dari adegan yang minim percakapan. Potongan puisi yang digumamkan Wiji dalam keterasingannya, lirih terdengar dari suaranya yang sedikit cadel, sebuah suara dari orang yang sudut matanya dibuat memiliki bekas luka dari hasil benturan senjata petugas polisi.
Ini ada beberapa puisi karya Wiji Thukul yang cukup terkenal di masa-nya.
Istirahatlah Kata-Kata
Istirahatlah kata-kata
jangan menyembur-nyembur
orang-orang bisu
kembalilah ke dalam rahim
segala tangis dan kebusukan
dalam sunyi yang mengiris
tempat orang-orang mengingkari
menahan ucapannya sendiri
tidurlah kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan
tidurlah kata-kata
kita bangkit nanti
menghimpun tuntutan-tuntutan
yang miskin papa dan dihancurkan
nanti kita akan mengucapkan
bersama tindakan
bikin perhitungan
tak bisa lagi ditahan-tahan
(12 Agustus 1988)
Peringatan
jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada
dan belajar mendengar
bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah
kebenara pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan !
(1986)
Mungkin ada diantara teman-teman yang punya cerita tentang sang penyair yang satu ini, bisa share di kolom komentar yaa.


