Mahar DiHari Yang Tepat

Jujur saat Enchanting Ladies menentukan tulisan minggu ini dengan tema “Mahar” aku masih belum terfikir mau nulis apa, lha wong aku belum pernah bahas masalah ini baik dengan orangtua ataupun teman. Pernah sih aku nanya masalah Mahar atau Mas Kawin sama temen yang udah nikah, tapi sayang jawabannya gak menjawab pertanyaan dalam benak aku.

Aku sedikit cerita dulu ya tentang hal teraneh yang pernah aku pikirkan tentang pernikahan, pernah saat aku menyukai seorang laki-laki yang gak cuma sehari-dua hari, sebulan-dua bulan tapi ternyata setelah beberapa tahun tidak bertemu perasaan itu masih sama, sampai rasanya aku kehilangan akal sehat saat memikirkannya.

Ditengah-tengah perasaan itu berkecamuk, sampai sempat terfikir jika laki-laki itu bersedia menikah denganku, aku gak akan meminta apapun darinya, tak perlu ada barang-barag hantaran yang segambreng itu, tidak perlu ada pesta gak papah nikah di KUA aja, mas kawinpun gak usah neko-neko, masalah nanti keluargaku keberatan aku yang akan pasang badan buat jelasin ke mereka. Dan semua itu jauh sekali dari impian pernikahan yang selalu aku bayangkan. Tapi sayang cerita ini bukan cerita indah yang berakhir bahagia, cerita ini adalah tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, dan harus berakhir dengan mengikhlaskan kita belum berjodoh.

Rasa-rasanya saat membahas tentang pernikahan akan banyak sekali Pro dan Kontra yang sepertinya membuat pernikahan itu seolah berat atau memberatkan, padahal dalam agama yang aku anut yaitu agama islam pernikahan dibuat sesimple mungkin dan tidak memberatkan kedua belah pihak.
Mahar atau mas kawin adalah harta yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki (atau keluarganya) kepada mempelai perempuan (atau keluarga dari mempelai perempuan) pada saat pernikahan.

Dalam Rukun Nikah disebutkan ada 5 hal yang menjadi hal utama :
1. Calon Pengantin Laki-laki
2. Calon Pengantin Perempuan
3. Wali Nikah
4. Dua Orang Saksi
5. Ijab Qobul
Baca Juga : Mahar Impian

Nah saat mengucapkan Ijab Qobul inilah si Mahar atau Mas Kawin disebutkan, fungsinya sebagai syarat sah nikah. Kembali lagi ke masalah mahar, kalau ditanya aku mau mahar apa jujur aku belum bisa menentukan. Disetiap daerah ternyata punya kebiasaan dan adat yang berbeda-beda masalah mahar ada yang mengkotak-kotakan mahar berdasarkan tingkatan pendidikan si calon pengantin wanita, ada juga yang menentukan berdasarkan status sosial keluarga. Tapi rasanya aku kurang setuju saat status sosial dijadikan tolak ukur penentu nilai Mahar. Kalau nurutin pengennya sih ya sebesar-besarnya, tapi balik lagi jangan sampai gara-gara mahar malah jadi huru-hara dikedua keluarga calon pengantin.

Oke kita tinggalkan kebiasaan atau adat diluaram sana tentang mahar, aku akan mulai membahas si mahar ini untuk pribadi. Saat ini memang belum ada laki-laki yang bisa aku ajak diskusi mengenai mahar, pun untuk aku ajak bicara mengenai masa depan. Menurut aku saat nanti sudah bertemu dengan laki-laki yang tepat dalam artian kita menemukan kecocokan dalam berbagai ketidakcocokan kita, yang benar-benar mau berkomitmen menjalani masa depannya nanti bersama wanita biasa-biasa saja ini, barulah masalah mahar ini bisa kita bahas dari hati-kehati.

Baca Juga : Mahar ?

Aku tidak akan mengatur jenis mahar nanti apakah harus berupa uang tunai, emas, rumah, tanah, atau seperangkat alat solat. Aku pribadi tidak akan menuntut sesuatu yang diluar batas kemampuan calon suami dan keluarga, ya kalau dia mampunya memberi uang tunai ya aku terima, kalau mau ditambahin emas boleh juga, barangkali mau ngasih mahar yang kekinian seperi lembaran saham syariah juga boleh, atau dari keluarga calon suami maksa mau ngasih rumah dan mobil, ya demi kesopanan pasti aku terima, masih aku tolak.

Aku juga berprasangka baik bahwa nanti siapapun yang  menjadi calon suamiku pasti akan mengusahakan yang terbaik untuk aku sebagai calon istrinya, dia pasti akan memberikan mahar yang pantas sebagai bukti keseriusannya. Dan kalaupun nilai itu tidak lah besar pasti itu bukan karna dia tidak menghargai calon istrinya tetapi pasti ada alasan yang kuat, dan aku yakin mahar ini bukanlah tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar cinta dan kasih sayang seorang calon suami.

Baca Juga : Mahar

Aku tau setiap orang pasti punya pernikahan impian, itu hal yang wajar karna ini adalah momen berharga yang setiap orang pasti berharap hanya terjadi sekali seumur hidup dan untuk selamanya. Tapi jangan sampai karna alasan itu kita jadi melupakan hakikat dari pernikahan itu sendiri, jangan sampai karna masalah mahar yang tidak sesuai niat baik  untuk menghalalkan hubungan jadi terhalang. Semoga bagi yang belum berkeluarga di beri kemudahan untuk segera membina keluarga, dan ayng sudah berkeluarga semoga diberikan kebahagiaan dalam rumahtangganya. Aamiin.

Curhatan aku cukup segini aja yaa, udah mulai baper nih ngomongin Mahar, takut bertambah mellow.

Photo of author

Siti Mudrikah

Muslimah Traveler, Travel Enthusiast, Travel Blogger Wanna Be Tapi masih tergoda buat nulis curhat dan hal receh tentang hidup. Penulis di www.mudrikah.com.

Leave a comment