Menyusuri jalanan Jogja malam ini tanpa sadar membuat banyak kenangan tentang Jogja bermunculan secara acak.
Rekam perjalanan dini hari menuju taman buah mangunan, jalanan curam menuju kalibiru, dan yang membuat sudut mataku sempat basah adalah kenangan saat pertama kali menginjakan kaki di jogja bersama sahabatku desi.
Ya semua potongan kkejadian itu seakan berebut ingin muncul dalam pikiranku.
Setelah menjadi ibu, ini adalah kali keduaku kembali melakukan perjalanan keluar kota dan dengan durasi yang cukup lama tanpa zi dan suami.
Tanpa diduga rasa rindu ternyata lebih sering mendera daripada dugaanku, rindu akan tingkah laku zi yang kadang bikin elus dada tapi sering sekali membuat kami tertawa bersama
Sebagai seorang ibu wajar merasa khawatir, khawatir disana anakku rewel dan mencari mamanya.
Tapi saat beberapa kali menelpon alhamdulillah anakku tidak menangis dan ceria.
Tapi itu malah membuat aku sedih dan muncul pertanyaan “kok anakku gak merasa kehilangan mamanya?” Ah.. cepat-cepat aku menepiskan pikiran negatif dan mengafirmasi diriku sendiri “mungkin karna anakku masih kecil, jadi belum tahu kalau mamanya sedang pergi lama”
Sebelumnya aku merasa perjalanan ini adalah salahsatu kewajiban dalam memenuhi tugasku sebagai pegawai, aku tidak memasukan perjalanan ini dalam pemikiranku sebagai “piknik atau healing”
Dan memang benar 2 hari yang aku lalui benar-benar tugas negara.
Di sore hari hari kedua, suasana mulai mencair karna rangkaian kegiatan sudah selesai dan kami disediakan waktu untuk sekadar jalan-jalan menikmati tempat wisata baru di Jogja “Heha Sky View Piyungan”, aku akui jogja memang juara dalam menyulap tempat biasa menjadi tempat wisata yang memanjakan para pengunjungnya.
Tapi lagi-lagi aku tidak bisa sepenuhnya menikmati suasana di Heha, apalagi saat ada anak seusia zi lewat bersama ibunya.
“Andai zi ikut pasti dia senang banget” , “Mama, aku mau naik tangga ya”, “Mama, aku mau naik balon ya”, “Mama, aku mau beli eskrim ya”
Terbayang tingkah lincahnya berlari-lari diantara kerumunan para pengunjung.
Dan muncul sedikit rasa bersalah, karena aku pergi ke tempat wisata tanpa suami dan anak.
Lagi-lagi aku cuma bisa meringis, merasakan kerinduan seorang ibu pada anaknya.
Dan saat ini diperjalanan menuju stasiun tugu, aku merasakan atmosfer jogja begitu membuncah sehingga mampu mendorong aku untuk kembali menulis, merunutkan apa yang sejak kemarin bergumul didalam pikiran dan hati.
Aku merasa sangat bersyukur dengan perjalanan ini aku seperti menemukan diriku kembali yang lama tenggelam dalam realita hidup yang tanpa sadar mungkin ini adalah kondisi yg dulu mungkin pernah aku doakan agar segera terjadi dihidupku.
Perjalanan yang tadinya hanya sebatas kewajiban kerja, kini menjadi momen dimana aku bisa sejenak keluar dari rutinitasku, dan melihat beberapa hal dari sudut pandang yang berbeda
Menyusuri jalanan jogja malam ini, membuatku terhanyut hingga berani melafalkan doa “yaa alloh semoga hamba bisa kembali ke jogja dengan keluarga kecil hamba”
Terima kasih jogja karna membuatku kembali berani menulis, terima kasih jogja karna tanpa perjalanan ini mungkin aku masih bergumul dengan kesibukan yang tak pernah usai
Terima kasih jogja karena selalu menjadi istimewa
Jogjakarta, 25 November 2023