Jaga Hutan, Jaga Bumi Kita, Jaga Masa Depan Anak Cucu Kita

Saat ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi hutan di berbagai belahan dunia, sudah mendekati kondisi yang cukup mengkhawatirkan.

Menurut data dari badan antariksa Brazil, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (5/7/2019), deforestasi di hutan hujan tropis terbesar di dunia itu mencapai 920 kilometer persegi.

Bisa dibayangkan apabila paru-paru dunia ini semakin hilang, bagaimana kedepanya makhluk hidup bisa bertahan tanpa oksigen.

Mari kita bicarakan kondisi hutan yang dekat, yaitu hutan-hutan diindonesia, dan faktanya tidak jauh berbeda dengan nasib hutan amazon.

Penebangan liar semakin marak dimana-mana, pembukaan lahan perkebunan sawit, pembukaan lahan perkebunan sayuran, serta kebakaran hutan masih menjadi masalah utama untuk hutan kita.

Fungsi hutan sangatlah banyak diantaranya : sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Karena hutan dirusak, pastinya fungsi hutanpun menjadi berkurang. Dan akibatnya adalah bencana alam, semakin mengintai kita, longsor serta banjir semakin merajalela.

Setelah mengetahui fakta mengenai banyaknya kerusakan hutan yang terjadi, pertanyaan besarnya, langkah apa yang sudah/akan kita lakukan untuk memperbaiki kondisi ini?

Sedikit cerita, aku pernah ikut salah satu kegiatan penanaman 1000 pohon di daerah Taman Nasional Gunung Pangrango. Saat itu aku dan rekan-rekan dari komunitas blogger ikut menanam bibit pohon manggis di daerah cianjur.

Taman Nasional Gunung Pangrango sendiri meliputi daerah Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Salah satu permasalahan yang terjadi disana adalah, maraknya penebangan pohon untuk pembukaan lahan perkebunan sayuran.

Memang sih mata pencaharian warga disana sebagian besar adalah petani sayuran, hal ini karena letak geografisnya yang cukup tinggi, sehingga udara sejuk dan bagus untuk menanam sayuran.

Tapi apabila pohon-pohon yang ditebang tidak di reboisasi, ya lama-lama hutan akan semakin gundul dan berpengaruh pada fungsi hutan sebagai pengatur tata air di dalam tanah.

Ini adalah salah satu contoh kecil, tindakan yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan hutan dari kerusakan.

Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Ada peribahasa yang mengatakan “ Bersatu kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh” , hal ini bisa banget diaplikasikan pada kegiatanmenjaga hutan. Kalau cuma sendiri mungkin dampaknya kurang terasa, tapi apabila kita bersatu untuk menjaga hutan pastinya efek yang ditimbulkan akan lebih besar.

Beruntung aku bisa mengikuti acara Online gathering dengan tema “Peran Komunitas untuk Menjaga Hutan dalam Mitigasi Perubahan Iklim” bersama Komunitas “Hutan Itu Indonesia”, organisasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari dan juga teman-teman Blogger Eco squad.

Mas Christian Natalie atau akrab di sapa Tian (Manager Program Hutan Itu Indonesia) dan Mbak Azizah Nurul Amanah (Selaras, Musi Banyuasin) berbagi banyak cerita tentang pengalaman mereka menjadi bagian dari komunitas penjaga hutan.

Dampak terbesar dari rusaknya hutan adalah Perubahan Iklim, perubahan disini bukan dalam artian positif ya, pastinya perubahan negative. Hal ini bukan hanya karangan semata, tetapi bisa kita rasakan secara langsung dan nyata.

Cung yang sekitar bulan lalu mengeluh bahwa cuaca sangat panas, bahkan ada yang mencapai hingga 54 derajat celcius. Setelah panas yang cukup extreme kita disambut dengan hujan yang menurut BMKG harusnya hujan diindonesia terjadi antara bulan September-maret, dan april-agustus adalah musim kemarau.

Tapi saat ini tidak ada batasan pasti antara musim hujan dan musim kemarau, hal ini adalah salahsatu bukti nyata dampak perubahan iklim dunia.

Oke, kita sedikit bahas tentang mitigasi perubahan iklim ya,.
Mitigasi sendiri bisa diartikan sebagai upaya yang memiliki sejumlah tujuan yakni untuk mengenali risiko, penyadaran akan risiko, perencanaan penanggulangan, dan sebagainya.

Sehingga bisa dikatakan, mitigasi perubahan iklim adalah segala upaya mulai dari pencegahan sebelum perubahan iklim terjadi sampai dengan penanganan usai suatu perubahan iklim terjadi.

Sebagai anggota komunitas apa saja sih yang bisa kita lakukan untuk menjaga hutan, karna aku termasuk komunitas blogger, hal yang bisa aku lakukan adalah :

  1. Membuat tulisan tentang kampanye pentingnya hutan untuk kehidupan makhluk hidup
  2. Mengunjungi hutan secara langsung, untuk mengetahui kondisi sebenarnya dilapangan, biasanya apabila kita berinteraksi secara langsung, chemistrynya lebih dapet.
  3. Berdonasi untuk kepentingan perbaikan hutan
  4. Tidak menggunakan produk-produk yang berasal dari hasil hutan yang berakibat kerusakan hutan
  5. Menggunakan produk-produk ramah lingkungan

Kita juga berkenalan dengan Komunitas SELARAS (Sentra Ekonomi Lestari Serasan Sekate) , SELARAS ini adalah wadah anak-anak muda di Kabupaten Musi Banyuasin yang berperan aktif dan berkolaborasi untuk mewujudkan pembangunan lestari melalui visi ejonomi lestari.

Jadi SELARAS ini ingin memajukan perekonomian masyarakat local dengan memanfaatkan hasil dari alam, tanpa merusaknya. Salah satu produk yang dihasilkannya adalah Kain Gambo Muba. Kain Gambo ini adalah jenis kain jumputan, untuk pewarnanya sendiri dibuat dari bahan alami yaitu getah pohon gambir.

Kreatif sekali ya, jadi penasaran seperti apa kain gambo ini.

Cerita dari aku disukupkan sekian ya teman-teman, semoga dengan adanya tulisan ini , kita bisa lebih peduli terhadap hutan dan juga lingkungan.

Photo of author

Siti Mudrikah

Muslimah Traveler, Travel Enthusiast, Travel Blogger Wanna Be Tapi masih tergoda buat nulis curhat dan hal receh tentang hidup. Penulis di www.mudrikah.com.

Leave a comment